Pemeriksaan Fisik
Pemeriksaan fisik adalah
tindakan dimana kita menganalisa dan mensintesa informasi yang terkumpul dalam
rangka mengambil keputusan tentang status kesehatan klien sebagai bagian dari
proses keperawatan. ada 4 tehnik utama yang digunakan dalam pemeriksaan fisik,
meliputi inspeksi, palpasi, perkusi dan auskultasi. hal-hal yang harus
diperhatikan sebelum dilakukan pemeriksaan fisik adalah pemberian posisi sesuai
tujuan pemeriksaan dan universal precaution.
Hal-hal lain yang dianjurkan untuk dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik menurut Center for Disease Control (1991) adalah antara lain :
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak pemeriksaan fisikØ
Ø Gunakan sarung tangan bila ada kontak dengan cairan tubuh, lesi terbuka dan untuk membersihkan peralatan yang kotor serta pada saat pengumpulan specimen
Gunakan label untuk specimen sebelum dikirimØ
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Memberikan data dasar mengenai kemampuan fungsional klienJ
Menambahkan, menyesuaikan serta memberikan data dalam riwayat keperawatanJ
Memberikan data dalam membantu perawat membuat diagnosa dan rencana tindakan keperawatan kepada klienJ
Dapat mengevaluasi fisiologic dan perkembangan masalah kesehatan klienJ
Membuat keputusan clinic tentang status kesehatan klienJ
Pengkajian status kesehatan klien di dalam askep secara garis besar terbagi dalam 2 aspek yaitu :
1. Riwayat keperawatan dan kesehatan
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Pengkajian lengkap (head to toe – framework)
(a) General survey / pemeriksaan umum
(b) Vital sign (N, S, P, TD )
(c) Kepala
Rambut, kulit kepala, tulang kepala, wajahJ
Mata dan penglihatanJ
Telinga dan pendengaranJ
Hidung dan penciumanJ
Mulut dan tenggorokanJ
Persyarafan dari tulang tengkorakJ
(d) Leher
Otot leherJ
Kelenjar lymphJ
TrakeaJ
Kelenjar tiroidJ
Vena-vena leherJ
(e) Ekstremitas atas
Kulit dan kukuJ
Kekuatan otot dan tulangJ
Pergerakan sendiJ
Denyut nadi brachial dan radialJ
Refleks tendon bisepsJ
Refleks tendonJ
Sensasi atau perabaanJ
(f) Dada dan belakang dada (punggung)
KulitJ
Payudara dan aksila (ketiak)J
Bentuk dan keadaan serta ukuran dadaJ
Paru-[aruJ
JantungJ
Spinal column (tulang belakang)J
(g) Perut
KulitJ
Suara abdomen atau bising ususJ
Specific organ (contoh hati, kandung kemih)J
(h) Genitals
TesticlesJ
VaginaJ
UrethraJ
(i) Anus dan rectum
(j) Ekstremitas bawah
Kulit dan kuku jariJ
Gaya berjalan dan keseimbanganJ
Pergerakan tulang sendiJ
Denyut nadi popliteal, posterior tibia dan pedalJ
Otot dan refleks plantarJ
b. Pengkajian sistem tubuh (contoh sistem kardiovaskuler)
c. Pengkajian focus sistem tubuh (contoh paru-paru, saat diobservasi klien terlihat kesulitan bernapas)
PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pelaksanaan pemeriksaan fisik yang harus dipersiapkan dan diperhatikan adalah :
1. Persiapan klien
2. Persiapan lingkungan
3. Memberikan posisi
4. Selimut / draping
5. Instrumental / alat-alat
6. Metode dalam pemeriksaan fisik
Hal-hal lain yang dianjurkan untuk dilakukan sebelum melakukan pemeriksaan fisik menurut Center for Disease Control (1991) adalah antara lain :
Cuci tangan sebelum dan sesudah kontak pemeriksaan fisikØ
Ø Gunakan sarung tangan bila ada kontak dengan cairan tubuh, lesi terbuka dan untuk membersihkan peralatan yang kotor serta pada saat pengumpulan specimen
Gunakan label untuk specimen sebelum dikirimØ
TUJUAN PEMERIKSAAN FISIK
Memberikan data dasar mengenai kemampuan fungsional klienJ
Menambahkan, menyesuaikan serta memberikan data dalam riwayat keperawatanJ
Memberikan data dalam membantu perawat membuat diagnosa dan rencana tindakan keperawatan kepada klienJ
Dapat mengevaluasi fisiologic dan perkembangan masalah kesehatan klienJ
Membuat keputusan clinic tentang status kesehatan klienJ
Pengkajian status kesehatan klien di dalam askep secara garis besar terbagi dalam 2 aspek yaitu :
1. Riwayat keperawatan dan kesehatan
2. Pemeriksaan fisik, meliputi :
a. Pengkajian lengkap (head to toe – framework)
(a) General survey / pemeriksaan umum
(b) Vital sign (N, S, P, TD )
(c) Kepala
Rambut, kulit kepala, tulang kepala, wajahJ
Mata dan penglihatanJ
Telinga dan pendengaranJ
Hidung dan penciumanJ
Mulut dan tenggorokanJ
Persyarafan dari tulang tengkorakJ
(d) Leher
Otot leherJ
Kelenjar lymphJ
TrakeaJ
Kelenjar tiroidJ
Vena-vena leherJ
(e) Ekstremitas atas
Kulit dan kukuJ
Kekuatan otot dan tulangJ
Pergerakan sendiJ
Denyut nadi brachial dan radialJ
Refleks tendon bisepsJ
Refleks tendonJ
Sensasi atau perabaanJ
(f) Dada dan belakang dada (punggung)
KulitJ
Payudara dan aksila (ketiak)J
Bentuk dan keadaan serta ukuran dadaJ
Paru-[aruJ
JantungJ
Spinal column (tulang belakang)J
(g) Perut
KulitJ
Suara abdomen atau bising ususJ
Specific organ (contoh hati, kandung kemih)J
(h) Genitals
TesticlesJ
VaginaJ
UrethraJ
(i) Anus dan rectum
(j) Ekstremitas bawah
Kulit dan kuku jariJ
Gaya berjalan dan keseimbanganJ
Pergerakan tulang sendiJ
Denyut nadi popliteal, posterior tibia dan pedalJ
Otot dan refleks plantarJ
b. Pengkajian sistem tubuh (contoh sistem kardiovaskuler)
c. Pengkajian focus sistem tubuh (contoh paru-paru, saat diobservasi klien terlihat kesulitan bernapas)
PERSIAPAN PEMERIKSAAN FISIK
Dalam pelaksanaan pemeriksaan fisik yang harus dipersiapkan dan diperhatikan adalah :
1. Persiapan klien
2. Persiapan lingkungan
3. Memberikan posisi
4. Selimut / draping
5. Instrumental / alat-alat
6. Metode dalam pemeriksaan fisik
METODE PEMERIKSAAN FISIK
1. PEMERIKSAAN SECARA INSPEKSI
Merupakan observasi visual dan sistemik untuk menentukan status kesehatan klien yang didapat dari pengamatan penampilan klien.
Langkah-langkah dalam inspeksi :
Atur pencahayaan yang cukupJ
Atur suhu dan suasana ruanganJ
Beritahu pasien tentang apa yang akan dikerjakanJ
Buka bagian yang akan di inspeksi (jangan tertutup)J
Perhatikan kesan pertama klien (perilaku, ekspresi, postur tubuh, gerakan dan lain-lain)J
Lakukan inspeksi secara sistematis.J
2. PEMERIKSAAN SECARA PALPASI
Tehnik ini dilakukan dengan menggunakan perabaan telapak atau punggung tangan pemeriksa untuk mengetahui ukuran, tekstur dan mobilitas, massa, kualitas pulsasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan edema serta vibrasi dinding dada.
Langkah-langkah dalam palpasi :
o Daerah yang akan dipalpasi tidak tertutup
o Cuci tangan dan bersihkan
o Beritahu pasien hal yang akan dikerjakan
o Perhatikan dengan seksama muka pasien saat palpasi
3. PEMERIKSAAN SECARA PERKUSI
Merupakan metode gerakan mengetuk area tubuh secara ringan tapi tajam untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur yang berada di bawahnya, seperti untuk mendeteksi cairan/udara di dalam rongga. Gerakan mengetuk menghasilkan gelombang suara yang menjalar 5-7 cm di area yang diperiksa. Gelombang suara ini yang membedakan karakteristik area yang diperiksa.
Langkah-langkah dalam perkusi :
o Seperti langkah-langkah dalam palpasi (1,2 dan 3 )
o Lakukan perkusi pada area yang akan diperiksa
4. PEMERIKSAAN SECARA AUSKULTASI
Merupakan tehnik pemeriksaan fisik dengan bantuan alat stetoskop untuk mendeteksi suara yang dihasilkan oleh kerja organ tubuh seperti paru, jantung, pembuluh darah, organ abdomen.
Suara auskultasi meliputi tinggi, intensitas, durasi, dan kualitas suara yang dihasilkan. Tinggi suara ditentukan oleh frekwensi vibrasi suara dan dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Intensitas suara mengacu pada kebisingan suara. Durasi mengacu pada berapa lama suara terakhir terdengar. Kualitas suara dapat digambarkan dengan suara gemerincing, kasar, halus, berangin dll.
Langkah-langkah dalam auskultasi :
o Daerah yang akan diauskultasi tidak tertutup
o Lakukan pemeriksaan dalam ruangan yang tenang
o Pastikan stetoskop benar-benar terpasang dan tidak menimbulkan rasa sakit.
PEMERIKSAAN UMUM (GENERAL SURVEY)
Pemeriksaan umum merupakan fase awal pemeriksaan fisik yang lengkap.
Dimulai selama wawancara : sambil mengumpulkan data subjektif, anda dapat mengobservasi klien, mengembangkan impresi awal tentang kesehatan klien dan menyusun strategi untuk melakukan pemeriksaan.
Beberapa panduan yang dpat diikuti dalam melakukan pemeriksaan fisik umum yaitu :
1. Pengaturan posisi
2. Mengikuti tindakan pencegahan universal (universal precaution)
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Memakai sarung tangan bila ada kemungkinan kontak dengan cairan tubuh
c. Memakai masker
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN UMUM
1. PENGKAJIAN PENAMPILAN UMUM DAN STATUS MENTAL
“ Pertimbangkan tahap perkembangan klien, latar belakang budaya, status sosio ekonomi, pekerjaan, tingkat kecerdasan dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan”
Pengkajian penampilan dan status mental klien meliputi tentang :
CARA BERPAKAIAN"
Memberikan petunjuk tentang bagaimana harga diri dan gambaran tubuh klien.
KEBERSIHAN PERSONAL"
Observasi kebersihan personal klien
POSTUR DAN CARA BERJALAN"
Observasi postur dan cara berjalan klien.
Secara normal, klien berjalan berirama, lurus, posisi tegak dengan lengan terayun di samping, bahu lurus dan sejajar. Kesulitan dalam berjalan dan postur seperti tersandung, berkelok-kelok, tertatih-tatih atau tidak dapat berdiri tegak, perlu evaluasi lebih lanjut.
BENTUK DAN UKURAN TUBUH"
Menunjukkan tingkat kesehatan klien secara keseluruhan.
Tinggi dan berat badan klien seharusnya dalam batas normal untuk usia dan bentuk tubuh. Kegemukan atau kekurusan dapat menunjukkan adanya gangguan makan. “Perhatikan gaya hidup klien, tingkat sosio-ekonomi dan lingkungan”.
PERILAKU"
Secara umum dikaji selama klien berespon terhadap pertanyaan dan memberi informasi tentang riwayat kesehatannya.
Kaji status emosi klien dengan mencatat apa yang dikatakan klien, bahasa tubuh klien, ekspresi wajah, dan kesesuaian antara perilaku klien dengan situasi yang ada.
Kaji tingkat kecemasan klien. Sama seperti emosi, tingkat kecemasan klien dapat dilihat melalui cara bicara, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
Kaji orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu. Jika klien tak berespon atau kurang tepat berespon, lakukan pengkajian lebih rinci mengenai status mental.
Kaji cara bicara klien dilihat dari kuantitas bicara, volume, isi, artikulasi dan irama. Pola bicara yang tak terorganisir, diam, atau bicara secara konstan dapat menunjukkan kondisi cemas / resah yang normal atau malu, atau menunjukkan tanda gangguan bicara, deficit neurologist, depresi atau gangguan lain.
2. PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB) DAN BERAT BADAN (BB)
Bertujuan untuk mendapatkan data dasar dan membantu menentukan status kesehatan.
a. TINGGI BADAN (TB)
Gunakan alat ukur standard seperti : alat ukur yang menempel dengan skala timbangan BB atau yang terletak di dinding.
Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan berdiri tegak dengan kaki dirapatkan
b. BERAT BADAN (BB)
Gunakan timbangan yang standard untuk mengukur BB terutama untuk orang dewasa dan anak yang telah beranjak besar.
3. PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL (TTV)
T T V meliputi : Suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah.
Bertujuan untuk memperoleh data dasar, mendeteksi atau memantau perubahan status kesehatan klien, dan memantau klien yang beresiko untuk perubahan kesehatan.
a. SUHU TUBUH
Pengukuran suhu inti tubuh dapat dilakukan dengan cara : oral, rectal dan aksila.
Suhu tubuh normal 36,1° C - 37,8 °C atau 97 – 100° F.
b. DENYUT NADI
Denyut nadi dapat dibedakan menjadi denyut nadi apical dan perifer.
Denyut apical : denyut yang dirasakan pada daerah apeks jantung.
Denyut perifer : Denyut yang dirasakan pada perifer tubuh seperti leher, pergelangan tangan dan kaki.
Pada klien yang sehat, laju denyut nadi perifer sama dengan denyut jantung. Perubahan kesehatan klien dapat memperlemah denyut perifer dan membuatnya sulit untuk dideteksi. sehingga pengkajian denyut nadi perifer merupakan suatu komponen penting dalam pengkajian kesehatan yang menyeluruh.
Lokasi denyut perifer yang umum digunakan adalah denyut radial.
Palpasi denyut radial dilakukan dengan meletakkan tiga ujung jari pada pergelangan anterior sepanjang tulang radius. Jika denyut tak teratur, hitunglah denyut selama satu menit penuh. Jika denyut teratur, hitunglah denyut selama 30 detik dan hasilnya kalikan 2 (dua) untuk memperoleh jumlah denyut permenit.
Jika mengkaji denyut , perhatikan 4 hal yaitu :
1) Laju denyut < 60 X/menit di sebut Bradikardi.
(dapat dijumpai pada atlet yang sehat dan terlatih)
Denyut yang melebihi 100 X/menit disebut Takikardi.
(Dapat dijumpai pada klien sehat yang cemas atau baru selesai berolahraga).
2) Pada orang yang sehat, ritme denyut relatif konstan dan interval di antara dua denyut teratur.
3) Mengkaji kekuatan denyut dilakukan dengan memeriksa tekanan yang dikeluarkan sebelum denyut dirasakan.
4) Untuk mengkaji elastisitas arteri, lakukanlah palpasi sepanjang arteri radius dengan arah dari proksimal ke distal. Arteri yang normal teraba halus, lurus dan lunak.
c. PERNAPASAN
Kajilah laju pernapasan klien dengan menghitung jumlah napas selama 30 detik dan kalikan dengan 2 (dua). Jika pemeriksa mendeteksi ketakteraturan / kesulitan bernapas, hitung selama 1 menit penuh.
d. TEKANAN DARAH
Adalah salah satu perwujudan kegiatan jantung . Darah yang mengalir dan menyurut dalam sistem arteri seperti gerakan gelombang, menyebabkan 2 jenis tekanan : tekanan sistolik dan diastolic.
TEKANAN SISTOLIK : Tekanan darah pada puncak gelombang pada saat
venterikel kiri berkontraksi. (inilah yang pertama dicatat dalam pengukuran darah).
TEKANAN DIASTOLIK : Tekanan antara dua kontraksi ventricular saat jantung pada fase istirahat.
1. PEMERIKSAAN SECARA INSPEKSI
Merupakan observasi visual dan sistemik untuk menentukan status kesehatan klien yang didapat dari pengamatan penampilan klien.
Langkah-langkah dalam inspeksi :
Atur pencahayaan yang cukupJ
Atur suhu dan suasana ruanganJ
Beritahu pasien tentang apa yang akan dikerjakanJ
Buka bagian yang akan di inspeksi (jangan tertutup)J
Perhatikan kesan pertama klien (perilaku, ekspresi, postur tubuh, gerakan dan lain-lain)J
Lakukan inspeksi secara sistematis.J
2. PEMERIKSAAN SECARA PALPASI
Tehnik ini dilakukan dengan menggunakan perabaan telapak atau punggung tangan pemeriksa untuk mengetahui ukuran, tekstur dan mobilitas, massa, kualitas pulsasi, kondisi tulang dan sendi, temperatur kulit dan kelembaban, akumulasi cairan dan edema serta vibrasi dinding dada.
Langkah-langkah dalam palpasi :
o Daerah yang akan dipalpasi tidak tertutup
o Cuci tangan dan bersihkan
o Beritahu pasien hal yang akan dikerjakan
o Perhatikan dengan seksama muka pasien saat palpasi
3. PEMERIKSAAN SECARA PERKUSI
Merupakan metode gerakan mengetuk area tubuh secara ringan tapi tajam untuk menentukan posisi, ukuran dan densitas struktur yang berada di bawahnya, seperti untuk mendeteksi cairan/udara di dalam rongga. Gerakan mengetuk menghasilkan gelombang suara yang menjalar 5-7 cm di area yang diperiksa. Gelombang suara ini yang membedakan karakteristik area yang diperiksa.
Langkah-langkah dalam perkusi :
o Seperti langkah-langkah dalam palpasi (1,2 dan 3 )
o Lakukan perkusi pada area yang akan diperiksa
4. PEMERIKSAAN SECARA AUSKULTASI
Merupakan tehnik pemeriksaan fisik dengan bantuan alat stetoskop untuk mendeteksi suara yang dihasilkan oleh kerja organ tubuh seperti paru, jantung, pembuluh darah, organ abdomen.
Suara auskultasi meliputi tinggi, intensitas, durasi, dan kualitas suara yang dihasilkan. Tinggi suara ditentukan oleh frekwensi vibrasi suara dan dapat diklasifikasikan menjadi tinggi atau rendah. Intensitas suara mengacu pada kebisingan suara. Durasi mengacu pada berapa lama suara terakhir terdengar. Kualitas suara dapat digambarkan dengan suara gemerincing, kasar, halus, berangin dll.
Langkah-langkah dalam auskultasi :
o Daerah yang akan diauskultasi tidak tertutup
o Lakukan pemeriksaan dalam ruangan yang tenang
o Pastikan stetoskop benar-benar terpasang dan tidak menimbulkan rasa sakit.
PEMERIKSAAN UMUM (GENERAL SURVEY)
Pemeriksaan umum merupakan fase awal pemeriksaan fisik yang lengkap.
Dimulai selama wawancara : sambil mengumpulkan data subjektif, anda dapat mengobservasi klien, mengembangkan impresi awal tentang kesehatan klien dan menyusun strategi untuk melakukan pemeriksaan.
Beberapa panduan yang dpat diikuti dalam melakukan pemeriksaan fisik umum yaitu :
1. Pengaturan posisi
2. Mengikuti tindakan pencegahan universal (universal precaution)
a. Cuci tangan sebelum dan sesudah melakukan tindakan
b. Memakai sarung tangan bila ada kemungkinan kontak dengan cairan tubuh
c. Memakai masker
LANGKAH-LANGKAH PEMERIKSAAN UMUM
1. PENGKAJIAN PENAMPILAN UMUM DAN STATUS MENTAL
“ Pertimbangkan tahap perkembangan klien, latar belakang budaya, status sosio ekonomi, pekerjaan, tingkat kecerdasan dan faktor-faktor lainnya yang berhubungan”
Pengkajian penampilan dan status mental klien meliputi tentang :
CARA BERPAKAIAN"
Memberikan petunjuk tentang bagaimana harga diri dan gambaran tubuh klien.
KEBERSIHAN PERSONAL"
Observasi kebersihan personal klien
POSTUR DAN CARA BERJALAN"
Observasi postur dan cara berjalan klien.
Secara normal, klien berjalan berirama, lurus, posisi tegak dengan lengan terayun di samping, bahu lurus dan sejajar. Kesulitan dalam berjalan dan postur seperti tersandung, berkelok-kelok, tertatih-tatih atau tidak dapat berdiri tegak, perlu evaluasi lebih lanjut.
BENTUK DAN UKURAN TUBUH"
Menunjukkan tingkat kesehatan klien secara keseluruhan.
Tinggi dan berat badan klien seharusnya dalam batas normal untuk usia dan bentuk tubuh. Kegemukan atau kekurusan dapat menunjukkan adanya gangguan makan. “Perhatikan gaya hidup klien, tingkat sosio-ekonomi dan lingkungan”.
PERILAKU"
Secara umum dikaji selama klien berespon terhadap pertanyaan dan memberi informasi tentang riwayat kesehatannya.
Kaji status emosi klien dengan mencatat apa yang dikatakan klien, bahasa tubuh klien, ekspresi wajah, dan kesesuaian antara perilaku klien dengan situasi yang ada.
Kaji tingkat kecemasan klien. Sama seperti emosi, tingkat kecemasan klien dapat dilihat melalui cara bicara, bahasa tubuh dan ekspresi wajah.
Kaji orientasi klien terhadap orang, tempat dan waktu. Jika klien tak berespon atau kurang tepat berespon, lakukan pengkajian lebih rinci mengenai status mental.
Kaji cara bicara klien dilihat dari kuantitas bicara, volume, isi, artikulasi dan irama. Pola bicara yang tak terorganisir, diam, atau bicara secara konstan dapat menunjukkan kondisi cemas / resah yang normal atau malu, atau menunjukkan tanda gangguan bicara, deficit neurologist, depresi atau gangguan lain.
2. PENGUKURAN TINGGI BADAN (TB) DAN BERAT BADAN (BB)
Bertujuan untuk mendapatkan data dasar dan membantu menentukan status kesehatan.
a. TINGGI BADAN (TB)
Gunakan alat ukur standard seperti : alat ukur yang menempel dengan skala timbangan BB atau yang terletak di dinding.
Instruksikan klien untuk melihat lurus ke depan dan berdiri tegak dengan kaki dirapatkan
b. BERAT BADAN (BB)
Gunakan timbangan yang standard untuk mengukur BB terutama untuk orang dewasa dan anak yang telah beranjak besar.
3. PENGUKURAN TANDA-TANDA VITAL (TTV)
T T V meliputi : Suhu tubuh, denyut nadi, pernapasan dan tekanan darah.
Bertujuan untuk memperoleh data dasar, mendeteksi atau memantau perubahan status kesehatan klien, dan memantau klien yang beresiko untuk perubahan kesehatan.
a. SUHU TUBUH
Pengukuran suhu inti tubuh dapat dilakukan dengan cara : oral, rectal dan aksila.
Suhu tubuh normal 36,1° C - 37,8 °C atau 97 – 100° F.
b. DENYUT NADI
Denyut nadi dapat dibedakan menjadi denyut nadi apical dan perifer.
Denyut apical : denyut yang dirasakan pada daerah apeks jantung.
Denyut perifer : Denyut yang dirasakan pada perifer tubuh seperti leher, pergelangan tangan dan kaki.
Pada klien yang sehat, laju denyut nadi perifer sama dengan denyut jantung. Perubahan kesehatan klien dapat memperlemah denyut perifer dan membuatnya sulit untuk dideteksi. sehingga pengkajian denyut nadi perifer merupakan suatu komponen penting dalam pengkajian kesehatan yang menyeluruh.
Lokasi denyut perifer yang umum digunakan adalah denyut radial.
Palpasi denyut radial dilakukan dengan meletakkan tiga ujung jari pada pergelangan anterior sepanjang tulang radius. Jika denyut tak teratur, hitunglah denyut selama satu menit penuh. Jika denyut teratur, hitunglah denyut selama 30 detik dan hasilnya kalikan 2 (dua) untuk memperoleh jumlah denyut permenit.
Jika mengkaji denyut , perhatikan 4 hal yaitu :
1) Laju denyut < 60 X/menit di sebut Bradikardi.
(dapat dijumpai pada atlet yang sehat dan terlatih)
Denyut yang melebihi 100 X/menit disebut Takikardi.
(Dapat dijumpai pada klien sehat yang cemas atau baru selesai berolahraga).
2) Pada orang yang sehat, ritme denyut relatif konstan dan interval di antara dua denyut teratur.
3) Mengkaji kekuatan denyut dilakukan dengan memeriksa tekanan yang dikeluarkan sebelum denyut dirasakan.
4) Untuk mengkaji elastisitas arteri, lakukanlah palpasi sepanjang arteri radius dengan arah dari proksimal ke distal. Arteri yang normal teraba halus, lurus dan lunak.
c. PERNAPASAN
Kajilah laju pernapasan klien dengan menghitung jumlah napas selama 30 detik dan kalikan dengan 2 (dua). Jika pemeriksa mendeteksi ketakteraturan / kesulitan bernapas, hitung selama 1 menit penuh.
d. TEKANAN DARAH
Adalah salah satu perwujudan kegiatan jantung . Darah yang mengalir dan menyurut dalam sistem arteri seperti gerakan gelombang, menyebabkan 2 jenis tekanan : tekanan sistolik dan diastolic.
TEKANAN SISTOLIK : Tekanan darah pada puncak gelombang pada saat
venterikel kiri berkontraksi. (inilah yang pertama dicatat dalam pengukuran darah).
TEKANAN DIASTOLIK : Tekanan antara dua kontraksi ventricular saat jantung pada fase istirahat.
Alat pemeriksaan fisik :
Stetoskop, Tensimeter, Termometer, Refleks Hammer, Gunting, Klem, Pinset
sirurgis dan Pinset Anatomis, Penlight, Tongue spatel, Tas Alat, Meteran, Alat
KDM, Gloves, Buku Pengkajian Fisik Keperawatan.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar